Rabu, 01 Agustus 2007

Peranan Telematika Untuk Menuju Masyarakat Informasi

Peranan Telematika Untuk Menuju Masyarakat Informasi


1. Pendahuluan

Wacana teknologi informasi (TI) di Indonesia saat ini merupakan suatu wacana yang sangat menarik untuk di bicarakan. Apalagi setelah deklarasi yang di canangkan oleh Summit on the Information Society (WSIS) yang diselenggarakan di Geneva tanggal 10-12 Desember 2003. Melalui dokumen Declaration of Principles (http://www.itu.int/wsis/documents) tertanggal 12 Desember 2003, para wakil negara dari seluruh dunia kembali memperbaharui komitmen mereka terhadap pembangunan masyarakat informasi (information society). Bahkan isu pembangunan masyarakat informasi telah dijadikan sebagai tantangan global dalam menyongsong millenium baru. Deklarasi ini juga menekankan peranan penting Information and Communication Technology (ICT) sebagai salah satu pilar utama menuju masyarakat informasi. ICT inilah yang pada akhirnya lebih dikenal dengan telematika di Indonesia. Yang didefinisikan sebagai konvergensi teknologi informasi (IT), telekomunikasi, multimedia dan penyiaran.

2. Telematika di Indonesia

a. Telematika dalam Pembangunan

Walaupun masih diperdebatkan untuk bisa disejajarkan dengan Revolusi Industri pada abad ke 17, kemajuan dibidang telematika ini telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi kehidupan manusia modern. Perkembangan telematika telah membuka berbagai bentuk tatanan ekonomi baru dan transformasi sosial dimana kelompok negara maju maupun negara berkembang dapat memanfaatkan potensi telematika.
Sejalan dengan timbulnya peluang dan tantangan memasuki era new economy, berbagai inovasi dan kemajuan sektor telematika telah meningkatkan kemampuan manusia secara sangat signifikan dalam hal mencari, mengumpulkan, menganalisa, menyimpan serta berbagi informasi. Beberapa potensi dari telematika yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembangunan termasuk memberikan kontribusi dalam pengurangan kemiskinan dapat diterangkan sebagai berikut.
1 : telematika dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat yang bisa terjadi
melalui
(a) proses peningkatan efisiensi ekonomi secara luas melalui
pendayagunaannya pada seluruh sektor ekonomi dan
(b) peningkatan produksi dari jenis komoditi ekspor baru yang proses
produksinya telah menggunakan telematika (Yoshitomi, 2001).

2 : telematika dapat membantu pedagang kecil, petani, dan para nelayan melalui
penyediaan informasi pasar yang akurat dan aktual. Ketersediaan informasi tersebut
akan meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya memperbaiki tingkat pendapatan
bersih mereka.

3 : telematika dapat digunakan untuk memberikan pelatihan dan pendidikan berbagai
bidang melalui cara belajar jarak jauh (distance learning) yang sangat bermanfaat
bagi penduduk di daerah perdesaan, pedalaman dan perbatasan.

4 : telematika dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu berbagai jenis
pelayanan kepada masyarakat.

5 : telematika dapat membantu proses transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan suatu kebijakan pembangunan, maupun memberdayakan masyarakat yang selama ini memiliki akses sangat terbatas dalam menyampaikan aspirasinya.


Meski inovasi telematika menjanjikan berbagai peluang pembangunan, telematika juga dapat membawa negara-negara berkembang kepada suatu tantangan yang tidak mudah untuk dipecahkan. Apabila suatu negara tertinggal cukup jauh dalam memanfaatkan potensi telematika, maka mereka berkemungkinan besar juga akan tertinggal lebih jauh lagi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Tidak tertutup pula pemanfaatan telematika untuk hal-hal yang dapat menghancurkan kehidupan manusia sendiri. Internet telah digunakan sebagai media komunikasi yang aman dan ekslusif oleh sekelompok anggota sekte terlarang di California, USA pada tahun 1997 yang akhirnya melaksanakan bunuh diri masal. Peristiwa 9/11 di New York dan peristiwa pemboman di Bali jelas tidak bisa terlepas dari pemanfaatan berbagai peralatan telekomunikasi canggih. Begitu pula halnya dengan berbagai virus komputer yang sengaja atau tidak sengaja disebarluaskan sehingga mengakibatkan cost yang tidak sedikit bagi negara, perusahaan maupun individu yang menjadi korban (Satriya, Perencanaan Pembangunan No. 30, 2003).

b. Trend ke depan usaha Telematika

Ada lima (5) kelompok besar segmen industri jasa yang di identifikasi yaitu:
1. Infrastruktur Telekomunikasi (biasanya resiko bisnis paling besar)
2. Infrastruktur Internet (biasanya resiko bisnis sedang & rendah)
3. Hosting service (biasanya resiko bisnis rendah)
4. Transaction type service (biasanya resiko bisnis rendah).
5. Content / knowledge producer (biasanya resiko bisnis rendah).

Ada dua (2) arah utama yang terjadi di level aplikasi yang pertama ke arah jasa yang sifatnya transaksi (biasanya disini yang berputar adalah uang & barang) yang ke dua lebih ke arah transaksi pengetahuan & informasi. Karakteristik dari kedua arah tersebut akan berbeda; sayang sekarang ini yang lebih di gembar-gemborkan terutama e-commerce – padahal jika kita cukup pandai (dalam arti berpengetahuan banyak) maka bermain-main di k-commerce akan lebih menarik.

Ada tiga (3) hal utama yang akan menentukan kehidupan / tingkat kompetisi maupun kontrol pemerintah di jenis usaha yang dipilih, tiga (3) hal tersebut adalah:
Tingkat resiko bisnis.
Kontrol kualitas.
Tanggung jawab sosial (menjamin proses cross subsidi).

Pada tingkat resiko bisnis yang rendah, sebaiknya pasar di bebaskan dari proses lisensi / perijinan – kompetisi bebas diberlakukan konsekuensi-nya kontrol kualitas di lakukan sendiri oleh masyarakat; pemerintah dapat memfasilitasi transparansi kualitas entitas. Sebaliknya untuk tingkat resiko bisnis yang tinggi, proses perijinan / lisensi yang di ikuti kontrol kualitas dari pemerintah. Yang perlu diperhatikan barangkali membuat semua proses menjadi transparan ke masyarakat banyak.

Adapun contoh industri dari masing-masing segmen beserta perkiraan tingkat resiko bisnisnya dapat dilihat pada contoh di bawah ini sebagai:

Infrastruktur Telekomunikasi (resiko tinggi).
Jaringan tetap lokal;
Jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh;
Jaringan tetap sambungan internasional;
Jaringan tetap tertutup.
Jaringan bergerak terestrial;
Jaringan bergerak seluler;
Jaringan bergerak satelit.
Interkoneksi antar jaringan (wajib).
Infrastruktur Internet.
Warung Internet (resiko sangat rendah).
Internet Service Provider (resiko sedang).
Internet Network Provider (resiko sedang).
Internet Telephony Service Provider (resiko sedang).
Internet Exchange (wajib).
Hosting service.
Webhosting (resiko rendah).
FTP server (resiko rendah).
Mail (resiko rendah).
Transaction type service.
E-commerce B2C (resiko sedang).
E-commerce B2B (resiko sedang).
E-commerce C2C (resiko sedang).
Portal (resiko sedang).
Content / knowledge producer.
Media online (resiko sedang).
Digital library (resiko rendah).
Pendidikan jarak jauh (resiko rendah).
Production House (resiko sedang).
Training center (resiko rendah).

Di samping beberapa segmen utama tersebut di atas ada beberapa segmen yang sifatnya sebagai penunjang dari segmen utama tersebut (biasanya resiko bisnis yang ditanggung rendah), seperti:
Value Added Services (pada infrastruktur telekomunikasi)
Voice mail.
Call center.
SMS.
FAX center.
Network Information Center (NIC) service:
IP address.
Domain name.
Certificate Authority / Registration Authority / PKI service:
Certificate Authority.
Registration Authority.

Tingkat resiko usaha dapat diperkirakan dari tingkat investasi masing-masing usaha tersebut. Pada tingkat yang rendah biasanya tingkat investasi yang perlu di letakan berkisar antara Rp. 50-100 juta-an. Pada tingkat yang sedang bisa dimulai dari Rp. 200-an juta. Sedang pada tingkat resiko yang tinggi kita melihat investasi dalam orde beberapa puluh milyar bahkan trilyun. Tentunya pada usaha yang tingkat resiko-nya rendah biasanya pemain yang akan bermain di situ akan sangat banyak sekali & biasanya tidak memerlukan ijin yang ketat, misalnya warung internet.

4. Masyarakat Telematika


Seiring dengan perkembangan teknologi dan timbulnya jasa jasa baru akibat konvergensi antara telekomunikasi, teknologi informasi dan multimedia, maka terbentuklah suatu wadah berkumpulnya seluruh potensi yang terdapat di masyarakat. Mastel marupakan suatu wadah yang dibetnuk pada tgl 1 Desember 1993, Mastel pertama kali didirikan sebagai Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (MASTEL). Wadah ini difungsikan sebagai jembatan antara pemerintah dan para pelaku serta para peminat di bidang telematika.

Pada tanggal 20 Februari 2000 pada musyawarah Mastel ke-3 diputuskan untuk memperluas cakupannya dari telekomunikasi menjadi telekomunikasi, teknolgi informasi dan multimedia. Dengan demikian MASTEL berubah menjadi Masyarakat Telematika Indonesia, dengan akronim yang tetap sama, yaitu MASTEL.

Organisasi MASTEL dikelola oleh Dewan Pengurus Harian, Dewan Profesi dan Asosiasi dan Sekertariat MASTEL yang dipimpin oleh Sekertaris Jenderal MASTEL membuka kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku telematika (Telekomunikasi, Teknologi Informasi dan Penyiaran), baik asosiasi, perusahaan, lembaga maupun secara individu yang langsung atau tidak langsung terlibat dalam bidang telematika untuk menjadi anggota MASTEL

Mastel sendiri mempunyai misi untuk :
1. Mengembangkan Telematika di Indonesia
2. Menjalin kerjasama / sinergi antar stakeholders di dalam negri dan Internasional
3. Menciptakan iklim usaha yang sehat dan meningkatkan daya saing bangsa dengan memperhatikan kepentingan konsumen

Saat ini MASTEL didukung oleh beberapa anggota yang merupakan perusahaan perusahaan besar yang bergerak di bidang telokomunikasi, antara lain: PT. Indosat Tbk, PT. Telkom, PT. Citra Sari Makmur (CSM ), PT Ericsson, PT Siemens dan masih banyak lagi perusahaan perusahaan besar yang lain.


Penutup
Perkembangan teknologi informasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer; sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data.

Masalah infrastruktur terutama fasilitas telekomunikasi dengan harga terjangkau harus segera ditindaklanjuti dalam arti sebenar-benarnya. Mengingat kemampuan dan daya beli masyarakat yang masih belum pulih, maka perlu diusulkan kepada operator telekomunikasi untuk melakukan diferensiasi harga jual jasa telekomunikasi bagi kelompok pengguna tertentu. Misalnya saja tarif bisa lebih murah dan dibuat flat untuk fasilitas sosial, rumah ibadah, perpustakaan, kantor kecamatan atau kelurahan, lembaga nirlaba dan lain sebagainya. Hal ini sangat diperlukan mengingat telah terjadi penurunan koefisien korelasi antara pertumbuhan telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi.

Menghadapi hal ini pemerintah harus menetapkan visi yang jelas dalam pendidikan dan pembangunan teknologi agar dapat menciptakan para pakar telematika. Dan juga pemerintah harus bisa mencegah timbulnya market failure. "Market failure adalah keadaan di mana pasar atau bisnis swasta tidak mau masuk ke telematika atau menyediakan jasa di bidang itu karena tidak menguntungkan. Minimal dalam hal ini pemerintah harus bisa mensosialisasikan tentang Telematika terhadap masyarakat luas, agar tidak terjadi ketimpangan di dalamnya




Pustaka :

- http://artikel-komplit.blogspot.com/2007/07/artikel-teknologi-informasi.html
- Majalah Bisnis Komputer Edisi Januari 2004
- http://www.mastel.or.id
- onno.vlsm.org

Tidak ada komentar: